Kolaborasi antara Pusat Kajian LKFT UGM dengan PLN Nusa Daya kembali menguatkan langkah transisi energi nasional. Pada 18 September 2025, di Gedung Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Fakultas Teknik UGM, digelar diskusi yang membahas penyusunan roadmap hibridisasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan energi baru terbarukan (EBT), serta penelitian studi kasus di Maratua, Kalimantan Timur sebagai daerah percontohan.
Kerja sama ini melibatkan pendekatan multidisipliner. Pihak UGM terdiri atas Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (FT UGM) serta Departemen Ekonomika dan Bisnis (Sekolah Vokasi UGM) yang melibatkan dosen dan mahasiswa untuk mendukung kajian akademik. Kolaborasi ini ditujukan untuk menjawab kebutuhan PLN Nusa Daya, yang saat ini mengelola lebih dari 516 PLTD di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) dengan tantangan biaya operasional tinggi dan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil. Sinergi dengan UGM diharapkan mampu menghadirkan strategi energi alternatif yang lebih ramah lingkungan sekaligus energi terjangkau, sehingga memperkuat ketahanan energi nasional.

Melalui forum ini, kedua pihak menargetkan dua capaian utama yaitu penyusunan roadmap hibridisasi 2026–2028 dan kajian teknis di Maratua. Pilot project tersebut dipilih karena memiliki potensi pariwisata berkelanjutan, sehingga pemanfaatan energi bersih seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau pun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dapat menjadi branding destinasi wisata ramah lingkungan sekaligus mendukung produktivitas masyarakat.
“Penerapan teknologi energi bersih tidak hanya berfokus pada penyediaan listrik yang lebih efisien, tetapi juga harus membuka peluang baru bagi masyarakat. Harapannya, energi terjangkau dan ramah lingkungan dapat menghadirkan pekerjaan yang layak, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, serta mendukung sektor wisata dan mata pencaharian masyarakat sekitar,” ungkap Dr. Wijaya Yudha Atmaja, S.T., M.Eng.
Selain mengurangi jejak karbon dan menjawab tantangan perubahan iklim, agenda ini juga memperkuat infrastruktur energi ramah lingkungan, mendorong inovasi industri, serta memperluas kemitraan global antara akademisi dan praktisi. Hasil kajian di Maratua diharapkan menjadi contoh yang dapat direplikasi di berbagai lokasi lain di Indonesia, sehingga transisi menuju energi bersih dan terjangkau dapat berjalan lebih sistematis dan berkelanjutan. (Jurnalis LKFT UGM: Anggita Noviana R.)