Upaya menjaga keandalan pembangkit energi kembali diperkuat melalui penyelenggaraan konsinyering Studi Remaining Life Assessment (RLA) dan Analisis Failure Free Operating Period (FFOP) pada Minas Gas Turbine. Kegiatan yang berlangsung di Gedung Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) pada 16–19 September 2025 ini diselenggarakan oleh Pusat Kajian LKFT UGM bersama mitra industri.
RLA merupakan metode analisis untuk menilai kondisi aktual peralatan, termasuk turbin gas, dengan tujuan mengukur dan memprediksi sisa umur pakainya. Sementara itu, FFOP digunakan untuk mengetahui sejauh mana peralatan dapat beroperasi tanpa mengalami kegagalan. Kedua metode ini penting dalam memastikan keandalan, keamanan, serta keberlanjutan operasi peralatan pembangkit energi, termasuk dalam mendorong penerapan energi bersih dan efisiensi energi pada sistem pembangkit.
“Suatu peralatan harus dilihat kemungkinan gagalnya. Melalui RLA dan FFOP, kita bisa menelusuri akar penyebab, pola kerusakan, hingga membuat prediksi kegagalan dengan lebih akurat,” ujar Ir. Joko Waluyo, MT., Ph.D., team leader dari agenda ini.

Keterlibatan LKFT UGM bersama mitra industri menjadikan konsinyering ini sebagai ruang penting untuk menjawab tantangan teknis sekaligus memperkuat praktik pengelolaan aset energi di Indonesia. Penyelenggaraan konsinyering bersifat multidisipliner dan telah memasuki tahun kelima kontrak kerja sama, dengan rata-rata 5–8 pekerjaan setiap tahunnya. Akademisi dari berbagai disiplin ilmu terlibat aktif, mulai dari fisika, teknik mesin, teknik kimia, teknik lingkungan, hingga teknik sipil, baik dosen, mahasiswa aktif, maupun alumni.
Kajian teknis dipimpin oleh Ir. Joko Waluyo, MT., Ph.D., bersama Ir. Andi Rahadiyan Wijaya, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., serta tenaga ahli lainnya. Kolaborasi antara akademisi dan praktisi ini menjadi jembatan penting dalam menerjemahkan persoalan lapangan ke dalam analisis akademik yang lebih mendalam, sejalan dengan agenda inovasi industri 4.0 dan penguatan infrastruktur energi nasional.
Proses studi dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data teknis yang kemudian diolah untuk menganalisis tingkat keandalan, pola operabilitas, serta efektivitas pemeliharaan. Hasilnya menunjukkan rekomendasi teknis yang akan langsung diintegrasikan ke dalam sistem perencanaan pemeliharaan perusahaan.
Khusus untuk kasus Minas Gas Turbine, hasil kajian ini hanya berlaku pada unit terkait karena setiap turbin memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, metodologi RLA dan FFOP diharapkan dapat menjadi model analisis bagi aset strategis lainnya, termasuk mendorong praktik ekonomi sirkular dalam pengelolaan energi.
“Harapan kami, hasil konsinyering ini dapat langsung dimanfaatkan industri, tidak hanya untuk memperpanjang umur operasi turbin, tetapi juga sebagai dasar strategi manajemen aset jangka panjang. Dengan sinergi antara industri dan akademisi, kami percaya keberlanjutan sektor energi dapat lebih terjamin,” tambah Ir. Joko Waluyo, MT., Ph.D. (Jurnalis LKFT UGM: Anggita Noviana R.)