Agenda tindak lanjut kerja sama antara LKFT UGM dan PT Bukit Asam (BA) berlangsung pada 24–25 September 2025 di Gedung Engineering Research and Innovation Center (ERIC), Fakultas Teknik UGM. Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk meninjau hasil pilot project kalium humat dan merumuskan langkah menuju komersialisasi skala penuh.
Produk kalium humat ini berangkat dari batu bara berkualitas rendah, sumber daya dengan nilai pasar relatif kecil. Melalui riset bersama, material tersebut diolah menjadi produk bernilai tinggi yang memiliki fungsi strategis bagi sektor pertanian. Sejak pertengahan 2024, kalium humat telah melalui tahapan riset laboratorium, uji prototype, hingga peluncuran pilot project pada Agustus 2025.
Kalium humat berperan sebagai pembenah tanah yang mampu memperbaiki kualitas lahan, meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Uji coba lapangan menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan panen naik signifikan, efisiensi pupuk lebih baik, serta kesuburan tanah meningkat. Dampak ini sejalan dengan isu ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan yang sekaligus memberi makna strategis bagi pengelolaan sumber daya nasional.

Forum di ERIC membahas roadmap hilirisasi yang lebih konkret. Tahun 2026 difokuskan pada optimalisasi skala pilot project agar produksi stabil, biaya efisien, dan distribusi terbangun. Pada 2027, produk ini ditargetkan memasuki tahap komersialisasi penuh melalui dukungan anak perusahaan PT Bukit Asam yang akan mengelola pemasaran. Branding produk telah disiapkan, BA Grow untuk lini industri sementara GAMA Humat menandai kontribusi riset dari UGM, namun yang lebih penting adalah kesiapan model bisnis dan rantai pasok.
“Riset kalium humat ini sudah hampir menyentuh tahap akhir hilirisasi. Kami tidak ingin berhenti pada publikasi akademik saja, melainkan menghasilkan inovasi nyata yang siap diserap industri. Bagi PT Bukit Asam, inisiatif ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi bisnis menuju produk berbasis nilai tambah. Sementara bagi UGM, keberhasilan ini memperkuat peran perguruan tinggi dalam mendorong kemandirian teknologi sekaligus menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan,” jelas Prof. Dr. Ir. Ferian Anggara, S.T., M.Eng. selaku penggagas penelitian kalium humat.
Kolaborasi ini memperlihatkan bagaimana sinergi antara akademisi dan industri mampu menghasilkan inovasi yang berorientasi pada nilai tambah. Inovasi tersebut juga memperkuat kemandirian teknologi melalui riset yang aplikatif dan siap diimplementasikan. Selain itu, upaya ini turut membuka peluang diversifikasi ekonomi serta memperluas jejaring kemitraan strategis antara riset dan dunia industri. (Jurnalis LKFT: Anggita Noviana R.)